Dialog Hati

Bismillahirrohmanirrohiim

"Mak.."
"Ya...??"
"Mak sayang banget kan sama Miftah?"
"Tentu! Kenapa nih koq tiba2 nanya itu?? Hayoo..jangan2 ada maunya ya??"
Wajar jawaban itu ku terima, aku sering tidak ikhlas saat mengatakan hal yang baik-baik padamu.
Kurengkuh bahumu dari belakang.

"Mak... sayangnya Mak itu gak akan habis sampe aku udah jadi istri dan ibu kan Mak..??"
"Iya dong sayang!!"
Aku mulai berkaca...

"Mak...Miftah baru nyadar...baru paham...baru ngerti... ternyata selama hidup, Miftah  selalu nyusahin Mak dan Bak. Bikin repot, bikin ribet, dan kadang juga bikin malu Mak dan Bak, aku juga nyebelin banget kan Mak?..."
Aku mulai terisak, kau hanya diam dalam pelukanku, juga mulai berkaca-kaca...

"Mak...Miftah sayang sama Mak, sayaaaaaaaaaaang banget. Selama Miftah hidup, Mak selalu ada buat Miftah, gak pernah enggak!"
Kau mulai terisak juga, menggenggam jemariku...

"Mak... Miftah sering bikin repot Mak kan? Bikin Mak ngelus dada, menyabarkan diri karena aku yang sering bikin hati Mak sakit..."
Kau tersenyum, lalu menyeka mata.

"Mak...maafkan semua kesalahan Miftah, selama Miftah hidup ya Mak... Maafin Miftah yang belum bisa buat Mak bangga dan bahagia udah dikasih amanah sama Allah dengan hadirnya Miftah dikehidupan Mak..."
Pelukan itu semakin hangat, sehangat cintamu selama ini...

***
"Bak..."
"Emm...??"
Bak memang tidak banyak basa-basi.
"Bak sayang kan sama Miftah..???"
"Ha??"
Terkejut, karena pertanyaan itu belum pernah sekalipun aku ajukan sebelumnya.

"Sayang kan??"
Tersenyum. Manis sekali (aku suka sekali senyummu). Kau jawab dengan anggukan mantap.
Aku bersandar dilengan gemukmu.
"Bak... waktu kecil, Miftah rewel ya??"
"Iya...rewel, sering minta perhatian, manja banget!"
"Bandel gak Bak..??"
"Iya,.."
"Makanya Bak pernah mukul Miftah kan waktu kita diundang syukuran kerumah tetangga? Miftah merengek-rengek minta paha ayamnya dua. Bak pasti malu banget kan waktu itu?"
Tertawa kecil mendengar jawabanku. Mengusap kepalaku. Lalu diam, tidak ada jawaban.

"Bak..."
"Em..?"
"Banyak banget pengorbanan Bak sama Mak selama ini. Selama Miftah hidup. Bak selalu ada untuk Miftah, gak pernah enggak! Waktu Miftah nangis, waktu Miftah ketawa."
Aku menyeka mataku yang mulai basah lagi.
"Makasih ya Bak untuk waktu yang Bak berikan selama ini. Yang Bak pusing nyari biaya sekolah, SPP kuliah, sampe akhirnya kita bisa foto bareng waktu Miftah wisuda taun lalu."
Kau tersenyum lagi. Sepertinya kau sudah merasakan bahwa aku tidak sebandel dulu. Tapi jadi lebih cerewet.

Fact:
#Pertanyaan2 yang sebenarnya belum pernah aku ajukan, dan dialog ini pure dari hati... ^^
#Foto Mak belum bisa dimasukkin, filenya ketinggalan,, He..