Bismillah...
Banyak kan dari kita yang kadang ngerasa bahwa Allah Yang Maha Rahman menganugerahkan kita fisik yang jauh dari kata sempurna. Ada yang semampai, ada juga yang semeter gak nyampai. Ada yang cantik, ada juga yang ngerasa cantik, ato bahkan rasa-rasa cantik. Ada yang ngerasa dirinya paling keren, cool, charming dan penuh pesona, tapi ada juga yang merasa dirinya adalah Si Buruk Rupa, tak terlihat, dan seperti lagunya Utopia, 'Antara Ada dan Tiada'.
Aku...dulunya pengikut aliran itu, "Merasajelekisme". Apalagi aku semakin ngerasa terpojok dan terpinggirkan dengan aku dikaruniai seorang adik yang jauh lebih cantik dari ku. Minder donk....pastinya! Apalagi setiap orang (kecuali yang udah keliatan sejak bebi) yang ketemu kami kalo lagi bedua selalu bilang, "Koq cantikkan adeknya ya daripada kakaknya?", mungkin dalam hati mereka juga nyambung lagi, "beneran adeknya bukan tuh...", (pikiran jelekku...)
Mau rasanya marahin tuh orang, "GAK NGERTI BANGET SIH!! AKU TUH GAK SUKA KALO SELALU DIBANDING-BANDINGIN GITU!!!".
Tapi mikir lagi, kalo aku beneran marah-marah, ntar aku jadi tambah jelek lagi....(batal). Dan itu terjadi berulang kali. Tapi untungnya adekku yang cantik gak ikut-ikutan "menjelek-jelekkan" aku. Itu buat aku ngerasa benar-benar ada cinta tulus diantara kami, tanpa perlu kata, tapi ditunjukkan dengan sikap menerima apa adanya, bukan "ada apanya"...
Sampai suatu saat, aku mendapatkan pelajaran sangat berharga disebuah pengajian. Pelajaran yang membuatku memperbaiki pola pikir. Pola pikir tentang keindahan jasmaniah.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4).
Pertamanya gak ngeuh sama kalimatnya, tapi setelah sang Ustadz (apa Ustadzah ya???) ngasih penjelasan tentang kalimat itu dengan kalimat yang lebih panjang dan ternyata kalimatnya "ngena" banget sama aku, baru deh bisa paham...
Manusia berdiri tegak, manusia berjalan dengan kedua kaki, tidak merangkak seperti binatang melata. Manusia makan dengan tangan, bukan menjilat dengan lidah atau dengan mulutnya langsung (Tafsir Ibnu Katsir). Dan manusia dibekali akal fikiran, untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana yang halal dan yang haram.
Aku juga ingat dengan kalimat yang seriiiiiiing banget kita dengar, ato mungkin sering juga kita ucapkan. "Manusia akan menerima ujian sesuai dengan kemampuannya", tapi gak banyak dari kita yang sadar kalo cantik, ganteng, rupawan, dan semua ungkapan baik untuk kebagusan fisik itu bisa jadi itu salah satu bentuk ujian dari Allah SWT. Koq bisa???... Ya bisa dong!!
Coba kita perhatikan, jadi orang cantik/cakep itu gak gampang, kadang ribet, bisa juga jadi serba salah, atau malah bisa jadi musibah.
Kenapa?? Karena eh karena...orang yang cantik/cakep itu banyak banget godaannya! Malah bisa juga jadi objek ejekan...nah loe!
Kita bisa aja bangga karena kita lebih bagus secara jasad dari orang-orang sekitar kita, bahkan banyak yang terpikat karena itu. Kita jadi buah bibir karena kita yang paling cantik se-RT, dan kalo lewat seakan semua mata tertuju pada kita, (kayak iklan).
Kita dengan bangga melangkah, bahkan ditambah dengan eksyen-eksyen yang lebay untuk memikat mata yang memandang.
Dan sadarkah kita pada saat itu kita sedang melakukan sebuah dosa???
Atau mungkin sebagian dari kita sudah berusaha untuk menjaga dirinya, menjaga pandangannya, menjaga perilakunya sewajar mungkin, dan menjaga hijabnya serapat mungkin. Tapi karena ketampanan dan kecantikan yang sudah tersohor sampai ke pelosok kampung.
Akhirnya kita bingung sendiri menerima entah itu surat cinta, kedatangan pasukan antah-barantah secara mendadak kerumah lengkap dengan seserahan, ada orang yang mengaku-ngaku sebagai kekasih kita, bahkan sampai ngabur dari dapur saking gak mau ketemu sama orang selalu 'ngejar-ngejar', dan sampe orang tua pun pusing karena banyak banget lamaran yang datang gak tau darimana datangnya, padahal gak ada sayembara pemilihan pasangan untuk sang putri/pangeran.
Pusing ya, itulah yang harus kita perhatikan. Tidak semua kelebihan itu nikmat, bisa jadi itu ujian.
Sejak aku tau semua itu, aku benar-benar berpikir ulang tentang ketidaksukaan ku pada orang yang membandingkan aku dan adikku yang cantik itu. Ternyata aku salah selama ini, aku selalu bertanya kepada Sang Maha Tahu Segalanya.
"Tuhan, kenapa aku tidak secantik adikku? Kenapa aku tidak secantik teman-temanku? Mereka banyak fans, kenapa aku tidak Tuhan?"
Perlahan pertanyaanku terjawab, aku mulai menyadari. Belum tentu aku mampu menahan semua godaan yang begitu berat bila saja aku adalah Sang Rupawan itu. Belum tentu aku mampu menahan diri ketika godaan demi godaan itu datang menghampiriku. Belum tentu!
Jadi, ku terima semua pemberianMu dengan ikhlas Tuhan, seikhlas dan sebesar kerelaan yang aku miliki.
Aku akan selalu belajar untuk menjadi ahli syukurMu... hamba yang tau terima kasih...
Banyak kan dari kita yang kadang ngerasa bahwa Allah Yang Maha Rahman menganugerahkan kita fisik yang jauh dari kata sempurna. Ada yang semampai, ada juga yang semeter gak nyampai. Ada yang cantik, ada juga yang ngerasa cantik, ato bahkan rasa-rasa cantik. Ada yang ngerasa dirinya paling keren, cool, charming dan penuh pesona, tapi ada juga yang merasa dirinya adalah Si Buruk Rupa, tak terlihat, dan seperti lagunya Utopia, 'Antara Ada dan Tiada'.
Aku...dulunya pengikut aliran itu, "Merasajelekisme". Apalagi aku semakin ngerasa terpojok dan terpinggirkan dengan aku dikaruniai seorang adik yang jauh lebih cantik dari ku. Minder donk....pastinya! Apalagi setiap orang (kecuali yang udah keliatan sejak bebi) yang ketemu kami kalo lagi bedua selalu bilang, "Koq cantikkan adeknya ya daripada kakaknya?", mungkin dalam hati mereka juga nyambung lagi, "beneran adeknya bukan tuh...", (pikiran jelekku...)
Mau rasanya marahin tuh orang, "GAK NGERTI BANGET SIH!! AKU TUH GAK SUKA KALO SELALU DIBANDING-BANDINGIN GITU!!!".
Tapi mikir lagi, kalo aku beneran marah-marah, ntar aku jadi tambah jelek lagi....(batal). Dan itu terjadi berulang kali. Tapi untungnya adekku yang cantik gak ikut-ikutan "menjelek-jelekkan" aku. Itu buat aku ngerasa benar-benar ada cinta tulus diantara kami, tanpa perlu kata, tapi ditunjukkan dengan sikap menerima apa adanya, bukan "ada apanya"...
Sampai suatu saat, aku mendapatkan pelajaran sangat berharga disebuah pengajian. Pelajaran yang membuatku memperbaiki pola pikir. Pola pikir tentang keindahan jasmaniah.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4).
Pertamanya gak ngeuh sama kalimatnya, tapi setelah sang Ustadz (apa Ustadzah ya???) ngasih penjelasan tentang kalimat itu dengan kalimat yang lebih panjang dan ternyata kalimatnya "ngena" banget sama aku, baru deh bisa paham...
Manusia berdiri tegak, manusia berjalan dengan kedua kaki, tidak merangkak seperti binatang melata. Manusia makan dengan tangan, bukan menjilat dengan lidah atau dengan mulutnya langsung (Tafsir Ibnu Katsir). Dan manusia dibekali akal fikiran, untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana yang halal dan yang haram.
Aku juga ingat dengan kalimat yang seriiiiiiing banget kita dengar, ato mungkin sering juga kita ucapkan. "Manusia akan menerima ujian sesuai dengan kemampuannya", tapi gak banyak dari kita yang sadar kalo cantik, ganteng, rupawan, dan semua ungkapan baik untuk kebagusan fisik itu bisa jadi itu salah satu bentuk ujian dari Allah SWT. Koq bisa???... Ya bisa dong!!
Coba kita perhatikan, jadi orang cantik/cakep itu gak gampang, kadang ribet, bisa juga jadi serba salah, atau malah bisa jadi musibah.
Kenapa?? Karena eh karena...orang yang cantik/cakep itu banyak banget godaannya! Malah bisa juga jadi objek ejekan...nah loe!
Kita bisa aja bangga karena kita lebih bagus secara jasad dari orang-orang sekitar kita, bahkan banyak yang terpikat karena itu. Kita jadi buah bibir karena kita yang paling cantik se-RT, dan kalo lewat seakan semua mata tertuju pada kita, (kayak iklan).
Kita dengan bangga melangkah, bahkan ditambah dengan eksyen-eksyen yang lebay untuk memikat mata yang memandang.
Dan sadarkah kita pada saat itu kita sedang melakukan sebuah dosa???
Atau mungkin sebagian dari kita sudah berusaha untuk menjaga dirinya, menjaga pandangannya, menjaga perilakunya sewajar mungkin, dan menjaga hijabnya serapat mungkin. Tapi karena ketampanan dan kecantikan yang sudah tersohor sampai ke pelosok kampung.
Akhirnya kita bingung sendiri menerima entah itu surat cinta, kedatangan pasukan antah-barantah secara mendadak kerumah lengkap dengan seserahan, ada orang yang mengaku-ngaku sebagai kekasih kita, bahkan sampai ngabur dari dapur saking gak mau ketemu sama orang selalu 'ngejar-ngejar', dan sampe orang tua pun pusing karena banyak banget lamaran yang datang gak tau darimana datangnya, padahal gak ada sayembara pemilihan pasangan untuk sang putri/pangeran.
Pusing ya, itulah yang harus kita perhatikan. Tidak semua kelebihan itu nikmat, bisa jadi itu ujian.
Sejak aku tau semua itu, aku benar-benar berpikir ulang tentang ketidaksukaan ku pada orang yang membandingkan aku dan adikku yang cantik itu. Ternyata aku salah selama ini, aku selalu bertanya kepada Sang Maha Tahu Segalanya.
"Tuhan, kenapa aku tidak secantik adikku? Kenapa aku tidak secantik teman-temanku? Mereka banyak fans, kenapa aku tidak Tuhan?"
Perlahan pertanyaanku terjawab, aku mulai menyadari. Belum tentu aku mampu menahan semua godaan yang begitu berat bila saja aku adalah Sang Rupawan itu. Belum tentu aku mampu menahan diri ketika godaan demi godaan itu datang menghampiriku. Belum tentu!
Jadi, ku terima semua pemberianMu dengan ikhlas Tuhan, seikhlas dan sebesar kerelaan yang aku miliki.
Aku akan selalu belajar untuk menjadi ahli syukurMu... hamba yang tau terima kasih...
Semoga Tuhan selalu membuka mata, hati, dan telinga ku agar semua nikmat tak luput untuk ku syukuri..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih kunjungannya, Mohon beri masukan untuk postingannya ya...^^